Jual Beli
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
#Jual Beli
Islam mengatur muamalah di antara sesama manusia atas dasar amanah, jujur, adil, dan memberikan kemerdekaan dalam bermuamalah serta menghindari unsur penipuan. Islam melarang terjadinya pengingkaran dan pelanggaran dalam akad muamalah serta menganjurkan untuk memenuhi janji dan menunaikan amanat. Manusia sebagai makhluk sosial menunjukkan arti bahwa manusia satu dengan manusia yang lain saling membutuhkan, baik itu dengan jalan tolong menolong dalam urusan kemasyarakatan, tukar menukar barang maupun jual beli. Melihat realitas jual beli dalam kehidupan modern, seiring dengan kebutuhan dan tantangan dalam dunia industri perdagangan. syariat Islam harus mampu memberikan solusi untuk menjawab tantangan di masa depan.
1. Pengertian Jual Beli
Secara etimologis (bahasa) jual beli (البيع)tukar menukar secara mutlak (mutlaq al-mubadalah) atau berarti tukar menukar sesuatu dengan sesuatu (muqabalah syai' bi syai'). Sedangkan jual beli menurut istilah adalah pertukaran harta dengan harta untuk keperluan pengelolaan yang disertai dengan lafal ijab dan kabul menurut tata aturan yang ditentukan dalam syariat Islam.
2. Dasar Hukum Jual Beli
Jual beli merupakan akad yang dibolehkan menurut al-Quran, Sunnah dan ijmak ulama. Maka, hukum asal jual beli adalah mubah atau boleh. Ini artinya setiap orang Islam bisa melakukan akad jual beli ataupun tidak, tanpa ada efek hukum apapun. Adapun dasar disyariatkannya jual beli sebagai berikut:
a. Al-Qur'an
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَأَحَلَّ ٱللَّهُ ٱلۡبَيۡعَ وَحَرَّمَ ٱلرِّبَوٰاْ ۚ
Artinya : "Padahal, Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba. "
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 275)
b. Hadis Rasulullah Saw.:
عن رفاعة بن رافع رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه وسلم شيل أن الكتب أطيب؟ قال عمل الرجل بيده وكل نبع مازور (رواه البزاز وصححه الحاكم)
Artinya: "Dari Rifa'ah bin Rafi' Ra, bahwasannya Nabi Saw, ditanya tentang mata pencaharian yang paling baik, beliau menjawab, seseorang bekerja dengan tangannya dan setiap jual-beli yang mabrur."
(HR. Al-Bazzar dan ditashih oleh Hakim).
Maksud mabrur dalam hadits di atas adalah jual-beli yang terhindar dari usaha tipu-menipu yang dapat merugikan orang lain.
c. ljmak
Ijmak berarti kesepakatan para ulama. Syaikh Ibnu Qudamah Ra. menyatakan bahwa kaum muslimin telah sepakat diperbolehkannya jual beli (bai') karena mengandung hikmah yang mendasar. Hikmah tersebut adalah bahwa setiap orang pasti mempunyai ketergantungan terhadap sesuatu yang dimiliki orang lain. Padahal orang lain tidak akan memberikan sesuatu tanpa ada kompensasi. Dalam arti lain jual-beli diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, barang milik orang lain yang di butuhkannya itu harus diganti dengan barang lain yang sesuai.
3. Rukun jual beli
Rukun Jual beli adalah ketentuan yang wajib ada dalam transaksi jual beli. Jika tidak terpenuhi, maka jual beli tidak sah. Mayoritas ulama menyatakan bahwa rukun jual beli ada empat yaitu:
a. Penjual dan pembeli (aqidain).
b. Barang yang diperjual belikan (ma 'qud alaih).
c. Alat nilai tukar pengganti barang.
d. Ucapan serah terima antara penjual dan pembeli (ijab kabul).
4. Syarat Jual Beli
Syarat jual beli Barang yang dijual dapat dikuasai oleh pembeli.
Tidak sah jual beli ayam yang belum ditangkap, merpati yang masih beterbangan, ikan yang masih dalam kolam dan sebagainyaili adalah ketentuan yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan akad jual beli. Setiap rukun jual beli harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Syarat penjual dan pembeli (aqidain) Jual beli dianggap sah apabila penjual dan pembeli memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Kedua belah pihak harus baligh, maksudnya baik penjual atau pembeli sudah dewasa.
2) Keduanya berakal sehat. Penjual dan pembeli harus berakal sehat, maka orang yang gila dan orang yang bodoh yang tidak mengetahui hitungan tidak sah melakukan akad jual beli.
3) Bukan pemboros (tidak suka memubazirkan barang).
4) Bukan paksaan, yakni atas kehendak sendiri.
b. Syarat barang jual beli (ma'qud alaih) Adapun syarat barang yang diperjualbelikan sebagai berikut:
1) Barang harus ada saat terjadi transaksi, jelas dan dapat dilihat atau diketahui oleh kedua belah pihak. Penjual harus memperlihatkan barang yang akandijual kepada pembeli secara jelas, baik ukuran dan timbangannya, jenis, sifat maupun harganya.
2) Barang yang diperjualbelikan berupa harta yang bermanfaat.Semua barang yang tidak ada manfaatnya seperti membahayakan ataupun melanggar norma agama dalam kehidupan manusia tidak sah untuk diperjualbelikan. Contohnya jual beli barang curian atau minuman keras.
3) Barang itu suci. Jual beli bangkai, kotoran, barang yang menjijikkan dan sejenisnya tidak sah untuk diperjualbelikan dan hukumnya haram.
4) Milik penjual. Oleh karenanya barang-barang yang bukan milik sendiri seperti barang pinjaman, barang sewaan, barang titipan tidak sah untuk diperjualbelikan.
5) Barang yang dijual dapat dikuasai oleh pembeli.
Tidak sah jual beli ayam yang belum ditangkap, merpati yang masih beterbangan, ikan yang masih dalam kolam dan sebagainya.
c. Alat untuk tukar menukar barang
Alat tukar menukar haruslah alat yang bernilai dan diakui secara umum penggunaannya. Selain itu, menurut ulama fikih bahwa nilai tukar yang berlaku dimasyarakat harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1) Harga harus disepakati kedua belah pihak dan disepakati jumlahnya. 2) Nilai kesepakatan itu dapat diserahkan langsung pada waktu transaksi jual beli. 3) Apabila jual beli dilakukan secara barter (al-muqayyadah), bukan berupa uang tetapi berupa barang, maka tidak boleh barang yang diharamkan.
d. Ijab dan kabul
Ijab dilakukan oleh pihak penjual barang dan kabul dilakukan oleh pembeli barang. Ijab kabul dapat dilakukan dengan kata-kata penyerahan dan penerimaan atau dapat juga berbentuk tulisan seperti faktur, kuitansi atau nota dan lain sebagainya. Hal utama yang ada dalam jual beli adalah kerelaan kedua belah pihak. Kerelaan ini dapat dilihat pada saat akad berlangsung dan ijab kabul harus diucapkan secara jelas dalam transaksi.
5. Macam-macam jual beli
Jual beli ditinjau dari segi hukumnya, dibagi menjadi tiga macam yaitu:
a. Jual beli yang sah Jual beli yang boleh dilakukan karena memenuhi rukun dan syarat jual beli sebagaimana yang dijelaskan dalam Fikih Islam.
b. Jual beli terlarang
Jual beli yang terlarang artinya jual beli yang tidak memenuhi rukun dan syarat jual beli. Bentuk jual beli yang terlarang antara lain:
1) Jual beli sistem ijon
Maksud jual beli sistem ijon adalah jual beli hasil tanaman yang masih belum nyata buahnya ataupun belum ada isinya. Misalnya jual beli padi yang masih muda, jual beli buah-buahan yang masih berwujud bunga ataupun masih sangat muda. Semua itu masih ada kemungkinan rusak atau rontok, sehingga dapat merugikan kedua belah pihak khususnya pembeli.
2) Jual beli barang haram
Jual beli ini hukumnya tidak sah serta haram hukumnya, seperti jual beli minuman keras (khamar), bangkai, darah atau daging babi.
3) Jual beli sperma hewan
Jual beli sperma hewan tidak sah, karena sperma tidak dapat diketahui
kadarnya dan tidak dapat diterima wujudnya.
4) Jual beli anak binatang yang masih dalam kandungan induknya Hal ini dilarang karena belum jelas kemungkinannya ketika lahir hidup atau mati.
5) Jual beli barang yang belum dimiliki
Maksudnya adalah jual beli yang barangnya belum diterima oleh pembeli dan masih berada di tangan penjual pertama. Sedangkan pembeli kedua akan menjualnya kembali sebelum menerima barang itu.
6) Jual beli barang yang belum jelas
Jual beli ini masih ada unsur gharar (ketidakjelasan) dan cenderung berspekulasi, seperti menjual buah-buahan yang belum nyata buahnya. Namun, dikecualikan menjual buah yang masih muda yang memang bisa dimanfaatkan ketika masih muda, seperti jual beli nangka muda yang memang sudah umum digunakan untuk lauk maupun sayuran.
c. Jual beli yang sah, tetapi dilarang agama Jual beli ini hukumnya sah, tetapi dilarang oleh agama karena adanya suatu sebab atau akibat yang tidak baik dari akad tersebut:
1) Jual beli pada saat khutbah dan shalat Jum'at
Larangan melakukan kegiatan jual beli pada saat khutbah dan shalat Jum'at ini khusus bagi laki-laki muslim yang wajib melaksanakan shalat Jum'at Larangan tersebut berlaku untuk orang yang masuk dalam kategori wajib untuk melaksanakan shalat Jum'at
2) Jual beli dengan cara menghadang di jalan sebelum sampai pasar Jual beli seperti ini memungkinkan penjual tidak mengetahui harga pasar yang sebenarnya sehingga akan menjual dengan harga yang jauh lebih murah dari harga pasar. Kemudian barang akan dibeli oleh pembeli dengan harga yang sangat rendah, selanjutnya dijual kembali di pasar dengan harga yang tinggi.
3) Jual beli dengan niat menimbun barang Jual beli ini sangat tidak dibenarkan dan dilarang dalam ajaran Islam. Hal ini dikarenakan sangat merugikan orang lain. Praktik penimbunan biasanya ditujukan untuk menaikkan harga. Hal ini dimungkinkan karena saat terjadi penimbunan, stok menjadi langka dan orang menjadi berani untuk membeli dengan harga yang tinggi.
4) Jual beli dengan cara mengurangi ukuran dan timbangan Dalam jual beli ini, penjual cenderung memainkan ukuran dan timbangan dengan tujuan mengurangi hasil timbangan sehingga akan menghasilkan keuntungan jauh lebih banyak. Jual beli seperti ini dilarang karena mengandung unsur penipuan. Seperti penjual menjual bensin dengan mengatakan satu liter ternyata jumlahnya tidak sampai satu liter, menjual kedelai kg ternyata takarannya sebenarnya hanya 9,5 ons dan sebagainya.
5) Jual beli dengan cara mengecoh Jual beli ini mengandung unsur penipuan dan menzalimi pembeli. Misalnya ada penjual buah-buahan meletakkan buah yang bagus dan segar di atas onggokan, sedangkan yang kurang bagus ditempatkan di bawah onggokan dan secara diam-diam mencampurnya dengan buah yang segar pada saat menimbangnya untuk pembeli.
6) Jual beli barang yang masih dalam tawaran orang lain Dilarang menjual barang yang masih dalam proses tawar menawar antara penjual dan pembeli atau dalam masa khiyar. Demikian juga, seseorang dilarang membeli suatu bara
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~